USAHA
MENINGKATKAN KREATIVITAS GURU
Oleh : Donny Irwansah, S.Pd.SD
Pasca Sarjana Universitas Negeri
Surabaya
Abstrak
Perkembangan
pendidikan di Indonesia terasa sangat lambat, hal ini tidak terlepas dari
peranan guru. Guru-guru yang ada sekarang kurang melakukan inovasi dalam
pembelajarannya dan selalu menggunakan metode konvensional. Hal ini terjadi
akibat tidak adanya kemauan guru untuk berkreasi dalam hal proses belajar
mengajar tersebut. Kondisi seperti ini apabila dibiarkan terus menerus maka
bangsa ini akan kehilangan pamor didalam dunia pendidikan. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan dalam hal meningkatkan motivasi guru untuk melakukan
kreatuvitasnya
Kata
kunci : Guru, Motivasi dan Kreativitas
PENDAHULUAN
Pendidikan
mempunyai peran yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan
individu. Tujuan pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, dan
mendorong berkembangnya kreativitas peserta didik, sejalan dengan perkembangan
aspek aspek keimanan dan ketaqwaan, kecerdasan, keterampilan, dan semangat
kebangsaan. Dalam upaya lebih mewujudkan fungsi pendidikan sebagai wahana
pengembangan sumber daya manusia, perlu dikembangkan iklim belajar dan mengajar
yang konstruktif bagi berkembangnya potensi kreatif peserta didik sehingga
dapat melahirkan gagasan-gagasan baru dan inovatif
Oleh
karena itu pendidik harusnya memiliki daya kreativitas yang tinggi. Guru
sebagai ujung tombak dalam proses belajar mengajar hendaknya memahami hal ini,
oleh karena itu harus mempunyai karakteristik dalam mengembangkan kreativitas
yaitu untuk meningkatkan kompetensi dan minat belajar, kemahiran dalam
mengajar, adil dan tidak memihak, sikap kooperatif demokratis, fleksibilitas,
rasa humor, menggunakan penghargaan dan pujian, minat luas, memberi perhatian
terhadap masalah anak-anak, penampilan dan sikap yang menarik (Utami Munandar,
2002)
Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselennggarakan secara interaktif,
inspiratif dan menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untum
kreatif berpartisipati aktif, serta memberikan ruang yang cukup baik prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat dan minat dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik (PP No.19 Ayat 1). Mempertimbangkan
standar proses pembelajaran seperti yang tertuang dalam peraturan pemerintah
tersebut maka guru sebagai ujung tombak pendidikan dituntut lebih kreatif.
Mampu menciptakan pembelajaran yang menggairahkan, berkualitas dan
menyenangkan.
Kreativitas
tidak lahir hanya kebetulan melainkan memalui serangkaian proses yang menuntut
kecakapan, keterampilan dan motivasi yang kuat. Dalam upaya merangsang
kreatifitas masyarakat dituntut berani menilai budaya bangsa. Kalau melihat
budaya sekolah pada saat ini masih banyak yang belum menumbuhkan kreativitas
denan sistem taat pada atasan. Hal ini menimbulkan dilematis tersendiri karena
guru tidak bisa mengembangkan kreativitasnya dengan alasan takut akan sanksi
bila bertindak diluar yang dibakukan.
Keberhasilan
pengembangan kreativitas ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah.
Kepemimpinan menjadi kunci pembuka bagi kualitas pendidikan, termasuk sekolah.
Selama ini pembelajaran hanya berfokus satu arah saja hanya guru memberi materi
kemudian siswa mencatat, belum banyak komunikasi dua arah. Hal ini disebabkan
karean tidak adanya kreativitas dari para guru. Oleh karena itu kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan harus melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan
kreativitas guru.
Landasan Berpikir
Teori
yang melandasi pengembangan kreativitas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Teori
psikoanalisis
Pribadi
kreatif dipandang sebagai seorang yang pernah mengalami traumatis, yang
dihadapi dengan memunculkan gagasan-gagasan yang disadari dan tidak disadari
bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
1. Teori
Freud
Freud
menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan (defence mechanism). Freud
percaya bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan
kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama kreativitas karena
kebutuhan seksual tidak dapat dipenuhi, maka terjadilah sublimasi dan merupakan
awal imajinasi
2. Teori
Ernst Kris
Erns Kris (1900-1957) menekankan bahwa
mekanisme pertahanan regresi seiring memunculkan tindakan kreatif, orang yang
kreatif menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu “memanggil” bahan
dari alam pikiran mereka. Seseorang yang kreatif tidak mengalami hambatan untuk
bias seperti anak dalam pemikirannya. Mereka dapat mempertahankan sikap bermain
mengenai masalah masalah serius dalam kehidupannya. Dengan demikian mereka
mampu melihat masalah masalah dengan cara yang segar dan inovatif, mereka
melakukan regresi demi bertahannya ego (Regression
in The Survive of The Ego)
3. Teori
Carl Jung (1875-1967)
Teori
ini percaya bahwa alam ketidaksdaran memainkan peranan yang amat penting dalam
pemunculan kreativitas tingkat tinggi. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbul
penemuan, teori, seni dan karya karya baru lainnya.
b. Teori
Humanistik
Teori
humanistik memandang bahwa kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis
tingkat tinggi. Teori humanistik meliputi:
1. Teori
Maslow
Abraham Maslow (1908-1970) berpendapat
manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menadi nyata sebagai kebutuhan.
Kebutuhan tersebut adalah :
a) Kebutuhan
fisik
b) Kebutuhan
rasa aman
c) Kebutuhan
akan rasa dimiliki
d) Kebutuhan
akan penghargaan dan harga diri
e) Kebutuhan
aktualisasi perwujudan diri
f) Kebutuhan
estetik
Kebuutuhan-kebutuhan
tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat kebutuhan pertama disebut kebutuhan
deficiency. Kedua kebutuhan berikutnya (aktualisasi diri dan astetik atau
transendentasi) disebut juga kebutuhan “being”. Proses perwujudan diri erat
kaitanyya dengan kreativitas. Bila bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan
dirinya mampu memusatkan dirinya pada hakiki. Mereka mencapai “peak experience”
saat mendapat kilasan ilham (flash of insight)
2. Teori
Rogers
Carl Rogers (1902-1987) menyatakan bahwa tiga
kondisi internal dari pribadi kreatif yaitu
a. Keterbukaan
terhadap pengalaman
b. Kemampuan
untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang
c. Kemampuan
untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep-konsep.
Apabila
seseorang memiliki ketiga ciri ini maka kesehatan psikologisnya sangat baik.
Orang yang sesuai dengan ciri ciri tersebut akan berfungsi sepenuhnya
menghasilkan karya karya kreatif, dan hidup secara kreatif, ketiga ciri atau kondisi
tersebut juga merupakan dorongan dari dalam untuk kreasi
3. Teori
Cziksentmihalyi
Menurut teori ini kreativitas angat
berhubungan erat dengan :
a. Ciri
pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah predisposisi genetis.
Contoh seorang yang sistem sensorisnya peka terhadap warna lebih mudah menjadi
pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik
b. Minat
pada usia dini pada ranah tertentu. Minat menyebabkan seseorang terlibat secara
mendalam terhadap ranah tertentu sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan
kreativitas
c. Akses
terhadap suatu bidang. Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina dalam
bidang yang diminati sangat membantu pengembangan bakat
d. Access
to a field. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat serta
tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang
terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam bidang
yang diminati sangat penting untuk mendapatkan pengakuan serta penghargaan dari
orang-orang penting.
e. Orang-orang
kreatif ditandai dengan adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk
menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang
perlu untuk mencapai tujuannya.
Csikszentmihayli
juga mengemukakan 10 ciri ciri kepribadian yang seakan-akan paradoksal tetapi
saling terpadu secara dialektis.
a. Pribadi
kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka daapat bekerja
berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks
tergantung situasimya
b. Pribadi
kreatif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang sama mereka uga naif. Mereka
nampak memiliki kebijaksanaan
c. Ciri
paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi sikap bermain dan disiplin
d. Pribadi
kreatif dapat berselang seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap
bertumpu pada realita.
e. Pribadi
kreatif menunjukkan kecenderunngan baik intreversi maupun ekstroversi
f. Orang
kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama
g. Pribadi
kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis
h. Orang
kreatif cenderung mandiri bahkan suka menantang bila menyangkut karya mereka
Kreativitas
seseorang tidak terlepas dengan adanya motivasi baik dari dalam diri sendiri
maupun motivasi dari luar diri seseorang, maka tidaklah tepat jika kreativitas
seseorang tidak ada hubungannya dengan motivasi. Maka dari itu ada perlunya
juga penulis mengulas beberapa jenis teori motivasi.
Menurut
Hasibuan (1999) menyebutkan bahwa motivasi kerja adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja
sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan. Sejalan dengan
penryataan tersebut, Siagian (1996:138) menyatakan bahwa motivasi sebagai daya
pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk
menggerakkan kemampuannya, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam
rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditetapkan
terlebih dahulu atau sebelumnya.
Berdasarkan
berbagai kedua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa:
a.
Motivasi kerja merupakan bagian yang
penting dalam suatu organisasi yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai
tujuan atau sasaran yang ingin dicapai
b.
Motivasi kerja mengandung dua tujuan
utama dalam diri individu yaitu untuk memenuhi kebutuhan atau keninginan
pribadi dan tujuan organisasi
c.
Motivasi kerja yang diberikan kepada
seseorang hanya efektif manakala di dalam diri seseorang itu memiliki
kepercayaan atau keyakinan untuk maju dan berhasil dalam organisasi.
Beberapa
teori motivasi yang telah dikemukakan oleh para ahli akan dipaparkan berikut
ini sebagai bahan referensi dan pengetahuan dalam menganalisis dan mengkaji
tentang hakikat motivasi itu sendiri
a.
Teori hierarki kebutuhan Maslow
Abraham Maslow (dalam Gomes, 2008:188)
seorang pelopor teori motivasi dari Brandeis University. Maslo mengemukakan
mengenai teori hierarki kebutuhan manusia yang banyak menjadi titik acuan oleh
sebagian besar para sarjana untuk memahami motivasi. Teori ini didasarkan atas
tiga asumsi pokok, yakni:
1.
Manusia adalah makhluk yang selalu
berkeinginan, dan keinginan mereka tidak pernah terpenuhi secara sempurna.
Setelah satu keinginan terpenuhi langsung muncul keinginan lain. Proses ini
tidak pernah berhenti.
2.
Kebutuhan atau keinginan yang sudah
terpenuhi tidak lagi menjadi pendorong bagi perilaku manusia
3.
Kebutuhan manusia tersusun menurut
hierarki tingkat pentingnya kebutuhan.
Kebaikan teori tingkat kebutuhan maslow
adalah sebagai berikut:
1.
Teori ini memberikan informasi bahwa
kebutuhan manusia itu jamak dan bobotnya bertingkat tingkat
2.
Manajer mengetahui bahwa seseorang
berperilaku dan bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang akan
memberikan kepuasan baginya
3.
Kebutuhan itu berjenjang sesuai dengan
kedudukannya atau sosial ekonominya
4.
Manajer akan lebih mudah memberikan alat
motivasi yang paling sesuai untuk merangsang semangat kerja bawahannya
Adapun kelemahan teori Maslow adalah:
1.
Menurut teori kebutuhan manusia adalah
bertingkat-tingkat atau hierarki, tetapi dalam kenyatannya manusia menginginkan
tercapainya sekaligus dan kebutuhan manusia seperti itu seperti siklus
(berulang-ulang)
2.
Walaupun teori ini sangat populer,
tetapi belum pernah dicoba kebenarannya karena Maslow mengembangkannya atas
pengmatannya saja.
Kebutuhan-kebutuhan manusia yang telah
di indentifikasi oleh maslow atas delapan tingkat kebutuhan yaitu:
1.
Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan
dasar manusai yang sangat primer dan vital hal ini mencakup perasaan haus,
lapar dan seks.
2.
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
merupakan ekspresi dari rangsangan individu akan kemanan dalam lingkungan
terlindung dari ancaman kemiskinan
3.
Kebutuhan sosial sebagai ekspresi
perasaan turut tergolong meliputi kebutuhan akan dicintai atau diperhitungakan
sebagai pribadi
4.
Kebutuhan pengharagaan sebagai tindakan
untuk berhubungan dengan pihak lain dalam menghargai termasuk kebutuhan
dihargai karena prestasi atau kedudukan.
5.
Kebutuhan mengetahui atau mengerti
sebagai kebutuhan manusia untuk menemukan rasa ingin tahunya
6.
Kebutuhan estetik merupakan wujud
kebutuhan akan keteraturan dan keseimbangan
7.
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan
kebutuhan untuk mengaktualisasikan potensi-potensi tertentu dan lebih cenderung
mentransformasikan potensi dalam prestasi
8.
Kebutuhan akan perasaan bahwa dirinya
lebih penting dari orang lain.
b.
Teori motivasi Alderfer
Teori ERG (existence, relatedness dan Growth),
Clayton Alderfer (Thoha, 2001:204) memberikan perluasan lebih lanjut dari teori
Herzberg dan Maslow. Alderfer merumuskan suatu model penggolongan kebutuhan
segaris dengan bukti-bukti empiris. Menurut Alderfer ada tiga kelompok inti
dari kebutuhan-kebutuhan yakni:
1.
Kebutuhan akan keberadaan
Kebutuhan
keberadaan adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup. Kebutuhan ini sama
artinya dengan kebutuhan fisik atau fisiologis maslow.
2.
Kebutuhan berhubungan
Kebutuhan
berhubungan untuk menjalin hubungan sesamanya, melakukan hubungan sosial dan
bekerjasama dengan orang lain.
3.
Kebutuhan untuk berkembang
Kebutuhan
untuk berkembang adalah suatu kebutujan yang berhubungan dengan kebutuhan yang
berhubungan dengan keinginan intrinsik dari seseorang untuk mengembangkan
dirinya.
c.
Teori Tiga Kebutuhan McClelland
McClelland memberikan sebuah teori yang
dikenal dengan teori tiga kebutuhan. McClelland (dalam Siagian, 1996:167)
menyatakan bahwa pemahamn tentang motivasi akan semakin mendalam apabila
didasari bahwa setiap orang mempunyai tiga kebutuhan yaitu:
1.
Need for achievement
Yaitu
bahwa setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya.
Bagi seseorang yang yang memiliki n Ach yang besar maka akan berusaha berbuat
sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan orang lain.
2.
Need for power (n Po)
Yaitu
kebutuhan akan kekuasaan yang menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai
pengaruh pada orang lain. Seseorang dengan n Po yang besar biasanya mempunyai
kondisi persaingan dan orientasi status serta memberikan perhatian pada hal hal
yang memungkinkan untuk memperbesar pengaruhnya.
3.
Need for affiliation (n aff)
Kebutuhan
affiliasi merupakan kebutuhan nyata bagi manusia sebagai makhluk sosial
terlepas dan kedudukan, jabatan, dan pekerjaan.
d.
Teori motivasi dua faktor Herzberg
Frederick Herzberg (dalam Terry dan
Rue,2000:175) mengembangkan teori motivasi, yang terutama sekali berkaitan
dengan motivasi, yang terutama sekali berkaitan dengan motivasi melalui pola
kerja. Teori Herzberg didasarkan pada kepercayaan, bahwa faktor-faktor yang
meniadakan motivasi demotative atau membalikkan turn off. Pegawai-pegawai
adalah berbeda dari faktor-faktor yang memotivasi atau mengembalikan turn on
pegawai. Herzberg mempertahankan, nahwa faktor-faktor yang cenderung untuk
meniadakan motivasi pegawai biasanya bersangkut paut dengan lingkungan kerja.
Faktor-faktor ini meliputi hal-hal yaitu status kerja, relasi-relasi antar
peroranngan dengan para pegawai
Dalam
rangka untuk memotivasi guru di sekolah, sangat ditentukan juga oleh kepiawaian
seorang kepala sekolah untuk memahami
faktor-faktor motivasi sebagai daya
pendorong atau penguat sehingga guru tergerak untuk berkreasi dan bekerja untuk
mencapai tujuan organisasi. Motivasi ini timbul karena faktor faktor sebagai
beriku:
1.
Adanya perasaan ingin mencapai sesuatu
hasil dengan melakukan pekerjaan menantang dengan baik.
2.
Suatu kebutuhan dari dalam diri sendiri
yang ingin melakukan sesuatu pekerjaan yang baik
3.
Melakukan pekerjaan menurut perasaan
adalah penting
4.
Apa yang dilakukan itu selalu berkaitan
dengan suatu tujuan
5.
Apa yang dikerjakan itu adalah sesuatu
yang menarik
6.
Melakukan pekerjaan dengan harapan akan
ada promosi
7.
Mengerjakan sesuatu adalah
membantuorganisasi encapai tujuannya
8.
Mengharapkan kemungkinan kenaikan
penghasilan
9.
Mengerjakan sesuatu sebagai kredit untuk
keperluan penilaian penampilan prestasi yang akan datang
10. Untuk
memperoleh penghargaan dn pengakuan dari atasan
11. Melakukan
sesuatu dengan emungkinan bertambahnya kebebasan dalam pekerjaan
12. Harapan
akan pengakuan dari temn sejawat
13. Melaksanakan
tugas dengan tekad tidak menginginkan kelompoknya berpenampilan buruk
14. Jaminan
adanya keamanan kerja yang prima
15. Mengerjakan
sesuautu karena dorongan oleh kondisi fisik pekerjaan yang baik.
16.
Menurut
Gomes (2008) bahwa faktor faktor motivasi kerja terdiri dari dua bagian yaitu
faktor individual dan faktor organisasional. Yang tergolong faktor individual
adalah kebutuhan-kebutuhan, tujuan, sikap dan kemampuan. Sedangkan yang
tergolong faktor organisasional meliputi pembayaran gaji, kemanan pekerjaan,
hubungan sesama pegawai, pengawasan, pujian dan pekerjaan itu sendiri.
Pembahasan
Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kreativitas seorang guru .Peningkatan kreativitas
guru ini tidak akan terlepas dari beberapa kajian tentang motivasi dan
kreativitas dalam melaksanakan tugas nya sehari hari di dalam proses belajar
mengajar. Sebagaimana teori
motivasi yang dapat meningkatkan kreatifitas dan kinerja guru seperti teori
kebtuhan manusia oleh Mac Cleland yaitu Need for Achievement, need for Power
dan need for Affilization. Usaha nyata untuk dapat mencapai kebutuhan
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Pemberian
reward bagi guru yang memiliki kinerja yang baik
Penghargaan
atas ke kreativas seorang guru yang meningkatkan kinerjanya suda sewajarnya
mendapat reward . dengan pemberian reward untuk menghargai kinerja seorang guru
maka guru tersebut akan lebih termotivasi untuk lebih berkreasi. Teori X dan Y
menggambarkan bahwa seseorang akan mendapatkan suatu penghargaan jika mencapai
sesuatu prestasi tertentu yang bejalan seimbang. Disamping itu, teori keadilan
pun ikut mempengaruhi kadr kreatifitas seseorang. Banyak pengalaman yang berhubungan dengan
pemberian reward ini sendiri, seperti yang penulis alami sendiri ketika membina
siswa untuk mengikuti festival drumband tingkat propvinsi Sumatera Utara, pada
kesempatan tersebut drumband yang dibina oleh penulis mendapat juara I umum
untuk tingkat junior non logam. Hasil kerja keras penulis bersama beberapa
teman tidak pernah mendapat reward dari pihak manapun, bahkan ketika ada
bantuan dari pusat untuk kesenian drumband yang dibina penulis tidak memperoleh
bantuan tersebut.
2.
Pemberian
jenjang karir yang sesuai dengan peraturan
Penjenjangan
karir yang dilakukan pemerintah daerah selama ini tidak sesuai dengan peraturan. Peraturan MenPAN dan
RB No. 16 tahun 2009 tentang system kepangkatan guru memberikan peluang kepada
guru untuk mencapai pangkat kepegawaian tertinggi hingga IV/e (guru utama).
Mekanisme ini seharusnya memberikan peluang kepada guru untuk mengembangkan
kreatifitasnya. Dengan pengembangan kreatifitasnya dapat meningkatkan
keercapaian pemenuhan angkata kredit yang disyaratkan oleh peraturan tersebut.
Disisi lain,jenjang karir ini
tidak seuai dengan peraturan tersebut. Kebutuhan akan aktualisasi diri (
teori kebutuhan Maslow) bagi guru perlu dipertimbangkan. Dengan adanya jenjang
karir yang jelas bagi guru akan menambah motivasi dalam bekerja karena adanya
peluang untuk mendapatkan jenjang karir yang jelas.
3.
Sitem training ( staff Upgrading)
Usaha pengembangan profesi tenaga kependidikan, khususnya
guru meliputi :
a.
Program Pre Service Education
Sejak Indonesia merdeka
sampai sekarang Pemerintah telah mengusahakan berbagai lembaga yang menata
usaha perbaikan mutu guru. Usaha
tersebut adalah dengan mengadakan sekolah-sekolah guru yang perjalanannya terus
mengalami perbaikan dan peningkatan untuk menjadi lebih terfokus.
Di samping itu ada pula program akta mengajar yang diberikan kepada
mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan
mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Dengan cara ini profesi
kependidikan menjadi terbuka bagi yang berada di luar fakultas kependidikan
untuk menjadi guru dan memberi proteksi kepada profesi ini dengan mengharuskan
mengambil akta mengajar bagi yang ingin menjadi guru, sehingga dengan demikian
kualitas guru dapat ditingkatkan.
b.
Program In Service Education
Program In Service
Education yaitu usaha yang memberi kesempatan pada guru-guru untuk mendapatkan
penyegaran atau menurut istilah lainnya sebagai penyegaran yang membawa guru ke
arah yang lebih baik
Dalam hal ini bagi mereka yang telah memiliki jabatan guru dapat
berusaha meningkatkan profesi melalui pendidikan lanjutan. Dikatakan In Service
Education bila mereka sudah menjabat dan kemudian mengikuti kuliah lagi.
c.
Program In Service Training
Pada umumnya yang paling
banyak dilakukan adalah melalui penataran, yaitu:
1)
Penataran penyegaran, yaitu usaha peningkatan
kemampuan guru agar sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
serta memantapkan kemampuan tenaga kependidikan tersebut agar dapat melakukan
tugas sehari-harinya dengan baik.
2)
Penataran peningkatan kualifikasi, yaitu
usaha peningkatan kemampuan guru sehingga mereka memperoleh kualifikasi formal
sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
3)
Penataran penjenjangan, yaitu usaha
meningkatkan kemampuan guru sehingga dipenuhi persyaratan suatu jabatan
tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Simpulan
Sangat
banyak hal-hal yang masih bisa dilakukan untuk meningkatkan kreativitas seorang
guru dalam aktivitases belajar mengajar. Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kreativitas
tersebut antara lain Usaha tersebut dapat berupa pemberian reward bagi guru yang memiliki
kinerja yang baik, pemberian jenjang karir yang sesuai dengan peraturan, sistem
training sesuai dengan konsep-konsep teori motivasi yang
dikemukakan oleh beberapa ahlinya seperti Mac Cleland, Maslow, Teori X dan Y,
Teori Equity. Penataan tersebut bertumpu kepada kebijakan pemerintah daerah dalam mengakomodir harapan-harapan guru guru tersebut yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Daftar Rujukan
Alex
S. Nitisemito, 1996, Sumber Daya Manusia, Penerbit Pustaka Utama, Penerbit
Grafitti, jakarta
T.
hani Handoko, 1987, Manajemen Sumber daya Manusia, Penerbit BPFE, Yogyakarta
Payman
J. Simanjuntak, 1985. Manajemen Sumber Daya Manusia
Notoatmojo,
S. 1992, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta